Posted by Henri Anggit Bakhtiar R.A.S.A IIS
“Bangga menjadi Pramuka Indonesia.”
Kalimat tersebut dijadikan semboyan dalam pencitraan Gerakan Pramuka yang
dimotori oleh salah satu Kwartir Daerah di Indonesia. Kita sebagai anggota
suatu organisasi.
memang harus bangga terhadap apa yang sedang kita
tekuni, kita jalani, dan kita jadikan wadah pengembangan diri. Memilih Gerakan
Pramuka sebagai organisasi yang menjembatani antara masa anak-anak kita,
menyeberangi masa remaja kita, dan meniti menuju masa dewasa tentu saja adalah
salah satu pilihan terbaik yang dimiliki para pemuda, terutama pemuda
Indonesia.
Para insan pramuka tentunya masih mengingat betul
alasan kedatangan Raja Swiss ke Indonesia khususnya ke Kwarda DIY dan Kwartir
Cabang Kabupaten Magelang awal tahun 2012 kemarin. Menurut pandangan beliau
Gerakan Pramuka adalah organisasi yang pantas mendapatkan julukan “Mesangger Of
Peace”. Pembawa misi perdamaian. Kenapa? Karena kita tahu sendiri bahwa Gerakan
Pramuka selain berasaskan Pancasila yang menyemaikan nilai-nilai luhur bangsa,
organisasi yang dipimpin oleh Mantan Menteri Kesehatan ini juga tidak pernah
memberikan celah-celah tumbuhnya bibit politik di dalamnya. Pramuka netral
dalam artian yang sesungguhnya. Merupakan hal yang amat menyalahi asas dan
prinsip yang sudah dipahami bersama jika pada unsur kegiatannya, pada visi
pelaksanaannya, dan pada orientasi pembinaannya dibumbui “politik praktis”.
Selain karena Gerakan Pramuka merupakan organisasi
nonpolitik, organisasi ini juga memiliki struktur yang mengakar dengan
Pemerintah dari jajaran nasional sampai pedesaan sehingga menyentuh hampir
semua lapisan masyarakat. Mulai dari jabatan Ketua Majelis Pembimbing Nasional
yang dirangkap oleh Presiden sampai dengan Ketua Majelis Pembimbing Gugus Depan
yang pada umumnya dirangkap oleh Kepala Sekolah. Pramuka menjadi konsumsi yang
terus dibutuhkan oleh para anak-anak, pemuda, maupun para pakar pendidikan atau
kepemudaan di daerahnya. Mengapa? Karena meskipun sistem strutural Pramuka
terintegrasi dengan Pemerintahan, namun pelaksanaan kegiatannya memiliki
metode-metode yang jauh lebih fleksibel seperti Pendidikan di luar ruangan,
belajar sambil melakukan, pengamalan sistem among, dan sebagainya. Betul
sekali. Pramuka sangat portable, seperti filosofi pohon kelapa yang dapat
tumbuh dimana-mana, Pramuka sangat sesuai apabila diterapkan sebagai pendidikan
di lapangan, namun juga tidak kalah proporsional jika harus dituntut formal
apabila bersinggungan dengan pejabat-pejabat sepaket dengan protokolernya yang
begitu disiplin menginginkan performa terbaik.
Dan yang patut kalian banggakan lagi adalah Gerakan
Pramuka merupakan satu-satunya organisasi yang diberi amanah untuk mengenakan
bendera kebangsaan di seragam hariannya dalam bentuk setangan leher dan pita leher
merah putih. Kita bandingkan saja dengan para tentara dan polisi dimana mereka
merupakan tonggak pertahanan dan ketertiban bangsa Indonesia. Mereka bekerja
siang dan malam, mengamankan, menertibkan, mempertahankan, berjuang, bahkan tak
sedikit yang mengorbankan banyak hal termasuk harta, benda, waktu sampai nyawa
demi negara. Sudah selayaknya kita bangga mengenakan seragam pramuka dengan
berkalung setangan leher, karena orang-orang yang berjuang demi negara (baca:
polisi dan tentara) saja tidak mendapat kehormatan untuk mengenakan merah putih
di dadanya. Tapi kita, sebagai anggota gerakan pramuka kadang malah menganggap
kain merah dan putih itu mengganggu atau bahkan membuat kita tidak nyaman
beraktifitas apabila terus mengenakannya. Sekali lagi, seharusnya kita bangga
diberi kesempatan untuk terus dan tetap menjaga simbol kemerdekaan bangsa kita
yakni merah putih. Bahkan aturan untuk mengenakannya di leher menyimpan
filosofi yang sangat mendalam yakni diharapkan dengan adanya merah putih yang
‘mengikat’ leher kita, kita memiliki kendali dalam berperilaku agar selalu
dapat menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar kita. Merah putih di leher
kita juga merupakan satu pesan dari para pendiri Gerakan Pramuka bahwa “anggota
Gerakan Pramuka merupakan lapis kedua dari pertahanan bangsa, setelah Tentara
Nasional Indonesia.” Luar biasa! Sekarang tanyakan pada diri kita, sudahkah
kita menghargai setangan leher dan pita leher sebagai amanah estafet pertahanan
bangsa? Pertahanan yang tidak hanya dinilai dari fisik saja, tapi juga
pertahanan dalam hal sosial, budaya, pendidikan, dan masih banyak lagi.
Gerakan Pramuka memang bukan segalanya tapi segalanya
ada di Gerakan Pramuka. Pernyataan itu sangat tepat ketika kita mulai merambah
ke dunia ke-Sakaan. Satuan Karya merupakan wadah pengembangan bakat dan minat
anggota Gerakan Pramuka pada suatu bidang tertentu. Kenapa semuanya ada di
Pramuka? Karena hampir semua aspek yang dinilai kontributif untuk bangsa
terintegrasi dalam satuan karya. Bagi anggota Pramuka yang menyukai dunia
militer, ada Saka Wirakartika yang siap membagi ilmu survival, navigasi darat,
mountaineering dan berbagai keterampilan lain. Bagi yang tertarik dengan
aeromodelling ada Saka Dirgantara yang menampung para calon perancang pesawat
masa depan. Bagi yang tertarik dengan kelautan, Saka Bahari siap menjadi wadah
pengembangan diri. Ada Saka Bhayangkara yang aksinya sudah tidak diragukan lagi
untuk mengamankan dan menertibkan masyarakat di bawah bimbingan Kepolisian
Negara Indonesia. Saka Bakti Husada bagi para anggota Gerakan Pramuka yang
berminat dengan kesehatan. Saka Wanabakti, menampung anggota Gerakan Pramuka
yang memiliki passion di bidang kehutanan,dan masih banyak Saka lain
yang tentunya mampu mewadahi aktifitas kita, mampu mengembangkan kemampuan kita,
dan yang terpenting adalah mampu memfasilitasi peran serta kita dalam membangun
masyarakat sejak dini. Nah, satuan karya apa yang kalian minati?
Apabila dijelaskan satu persatu, banyak sekali
hal-hal yang membuat kita semakin bangga menjadi anggota Gerakan Pramuka. Namun
tentunya masing-masing pribadi memiliki kebanggaan tersendiri dengan organisasi
berjenjang ini. Mungkin hal terakhir yang bisa kita bahas mengenai kebanggaan
sebagai anggota Gerakan Pramuka adalah mulai tersadarnya Pimpinan Bangsa kita
(baca:Pak Presiden) mengenai seberapa pentingnya Gerakan Pramuka sebagai
benteng perlindungan terhadap imbas negatif globalisasi sosial, budaya, dan
teknologi yang menimpa remaja saat ini. Dengan ‘menitipkan’ amanahnya kepada
Menteri Pemuda dan Olahraga dan Menteri Pendidikan, setidaknya SBY mengawali
Revitalisasi Gerakan Pramuka dengan rapi semenjak tahun 2006 sampai pada
disahkannya UU No. 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka.
Gerakan Pramuka sudah mendapatkan perhatian dari
seantero negeri. Mari buktikan bahwa kita sebagai anggota Gerakan Pramuka mampu
menjadi Messanger Of Peace sekaligus kontributor Pembangunan Moral
bangsa. Buktikan bahwa Gerakan Pramuka adalah solusi bagi dekadensi moral yang
sedang menjadi fenomena gunung es di Indonesia. Buktikan pula dengan sederhana,
bahwa anggota Gerakan Pramuka mampu menjadi teladan di lingkungan sekitar dalam
kehidupan sehari-hari. Buktikan bahwa kalian bangga menjadi Pramuka!
Di Tulis Oleh: Hafizhah Lukitasari